Sungai Barito meluap, banjir kembali melanda tempat tinggal saya, kadang dikala ada waktu luang (libur bekerja) saya bermain kapal-kapalan (masa tua selalu bahagia) hehehe. singkat saja... berikut penampakannya.. Ok saya akan lanjut mengenai informasi bahan material serta pembuatannya.. ketinting mini ini dibuat oleh adik saya sendiri yaitu Muhammad Jurkani Yahya atau sering dipanggil "Acing" dia sangat ahli dalam membuat miniatur, melukis berbagai hal-hal seni pertukangan lainnya..(maklum keturunan dari kakek turun ke ayah, paman saya semua tukang kayu) saya juga lumayan dalam hal diatas hehehee... Baik, kembali lagi mengulas pembuatan serta bahannya... bahan untuk membuat bodynya yaitu dibuat menggunakan Stopmap... ya Stopmap plastik... selanjutnya untuk rangka dibuat menggunakan bambu, bambu diraut sehalus mungkin agar tidak tajam.. selanjutnya dirakit sesuai ukuran (maaf saya tidak bisa detail mengenai ukuran memotong Stopmap, ukuran bambu dll kar
Mengkatip adalah sebuah Kelurahan yang merupakan Ibukota dari Kecamatan Dusun Hilir Kabupaten Barito Selatan, Provinsi Kalimantan Tengah, Indonesia dan juga merupakan kecamatan tertua di Barito Selatan. untuk lokasi sendiri Mengkatip berada dipesisir aliran sungai Barito, Dan para penduduknya sering disebut uluh Mengkatip atau suku Bakumpai dari rumpun Dayak Ngaju. Sedangkan bahasa yang digunakan sehari-hari yaitu bahasa Dayak Bakumpai, Dayak Kapuas, dan Bahasa Banjar. Untuk bidang mata pencaharian mayoritas penduduk rata-rata adalah petani Rotan dalam bahasa Dayak bakumpai sering disebut "Manetes Uwei" sedangkan dalam bahasa Banjar "Mamagat Paikat", dan mata pencaharian selanjutnya yaitu bertani "Malan/ Maimbul" (untuk petani Padi bercocok tanam dilakukan sekali setahun setelah musim hujan atau memasuki musim kemarau). dan nelayan ikan "Malauk" Untuk Agama mayoritas penduduk Kelurahan Mengkatip yaitu beraga Islam dan Kristen dimana terdapat 2
Tahun ini banjir kembali melanda seluruh wilayah Kelurahan Mengkatip (Mengkatip, Mahajandau, Kelanis, Rangga Ilung, Sungei Jaya dan sekiarnya) .Banyak sebagian rumah penduduk yang terendam banjir, jalanan semua terendam banjir, transportasi penduduk hanya bisa menggunakan perahu (Jukung dan Kelotok) mata pencaharian menjadi sulit, para petani Rotan tidak bisa melakukan pekerjaan karena kebun Rotan terendam air melebihi dada orang dewasa, dan para petani Padi tidak bisa bercocok tanam. Sudah 2 tahun ini penduduk tidak bisa bercocok tanam padi (gagal), tahun ini pun banyak penduduk yang mengalami kerugian besar karena sebagian petani sudah sempat menanam padi, namun apa daya air sungai Barito meluap sehingga menenggelamkan sawah para penduduk, banyak sumur ikan (Beje) milik penduduk pun tidak sempat di panen. Hingga artikel ini dibuat air masih tinggi selutut orang dewasa (didepan rumah saya) Semoga hal ini bisa menjadi perhatian pemerintah.
Komentar
Posting Komentar